Apa Itu Netral Gender
Kabar mengenai anak presenter Nadya Hutagalung yang memutuskan untuk bergender netral kembali ramai diperbincangkan.
Topik itu kembali memancing rasa penasaran warganet. Tak sedikit warganet yang mempertanyakan makna di balik gender netral itu sendiri.
Apa itu sebenarnya gender netral?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara harfiah, berdasarkan kamus Merriam Webster, gender netral sendiri berarti tidak mengacu pada salah satu jenis kelamin.
Gender netral disebut juga sebagai non-biner. Artinya, istilah ini merujuk pada seseorang yang tidak mengidentifikasi dirinya sebagai laki-laki maupun perempuan.
Perlu diketahui, gender yang dimaksud dalam hal ini tentu berbeda dengan jenis kelamin. Gender adalah sesuatu yang dibentuk berdasarkan konstruksi sosial dan budaya. Hal ini biasanya dilihat dari sifat dan perilaku seseorang yang membuatnya diidentifikasi sebagai laki-laki atau perempuan.
Sementara seks atau jenis kelamin adalah sesuatu yang terbentuk secara alami atau biologis. Jenis kelamin jelas merujuk pada organ intim atau organ reproduksi yang dimiliki seseorang.
Mengutip NPR, American Psychology Association (APA) mencatat sebagian besar orang menganggap bahwa identitas gender sejalan dengan jenis kelamin yang didapat sejak lahir. Namun, hal ini mungkin tak berlaku bagi seseorang non-biner atau gender netral.
Gender netral atau non-biner juga dianggap penting untuk menentukan kata pengganti orang. Kata pengganti sendiri dinilai dapat menegaskan identitas gender seseorang.
Misalnya, di negara-negara bagian Barat, orang-orang menggunakan kata pengganti 'them' untuk mereka yang bergender netral atau non-biner, bukan 'she' atau 'he'.
"Kata ganti pada dasarnya adalah cara kita mengidentifikasi diri selain nama kita. Begitulah cara Anda disebut atau dipanggil dalam setiap percakapan," ujar Mary Emily O'Hara dari GLAAD, organisasi non-profit yang fokus pada bidang gender.
Kata pengganti ini, seperti salah satunya gender netral, adalah cara yang paling sederhana untuk menegaskan identitas diri.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bahasa netral gender atau bahasa inklusif gender adalah bahasa yang menghindari bias terhadap gender sosial atau jenis kelamin tertentu. Dalam bahasa Inggris, ini meliputi pemakaian pengucapan yang bukanlah spesifik gender untuk merujuk kepada peran atau profesi, serta menghindari pengucapan he, him dan his untuk merujuk kepada orang yang tidak diketahui atau tidak ditentukan gendernya.[1]
Mengapa netralitas karbon penting?
Para pendukung upaya netralitas karbon mengatakan mereka dapat memainkan peran penting dalam mengurangi perubahan iklim dan pemanasan global, yang disebabkan oleh penumpukan emisi gas rumah kaca di atmosfer. Selain karbon dioksida, gas rumah kaca (GRK) yang berkontribusi terhadap perubahan iklim termasuk metana, nitrous oksida, dan hidrofluorokarbon.
Emisi ini sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil, dan telah menyebabkan peningkatan suhu global yang signifikan. Pemantau iklim Uni Eropa, Copernicus, melaporkan bahwa tahun 2023 akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat-hampir 1,48 derajat Celcius (2,66 derajat Fahrenheit) lebih hangat dari tingkat pra-industri.
Inisiatif netralitas karbon dapat membantu dalam mencapai tujuan emisi net zero, pengurangan semua emisi GRK mendekati nol, dengan emisi yang tersisa dihapus dari atmosfer. Namun, inisiatif emisi net zero biasanya lebih fokus pada pengurangan emisi daripada penghapusan. Science Based Targets initiative (SBTi), sebuah kemitraan dari beberapa organisasi nirlaba global, mempromosikan standar net zero perusahaan yang menyerukan agar perusahaan mengurangi emisi rantai nilailangsung dan tidak langsung hingga lebih dari 90%.1 Ketika sebuah perusahaan atau negara mengambil tindakan iklim yang berhasil menghasilkan emisi nol bersih, maka perusahaan tersebut dianggap sebagai perusahaan yang netral terhadap iklim.
Warna netral adalah warna yang berfungsi sebagai nuansa latar belakang yang lembut, yang dapat dengan mudah dipadukan dengan warna-warna lain yang lebih kuat. Hal ini membuat warna netral sangat cocok menjadi kanvas kosong bagi kreativitas Anda, berikan kesempatan bersinar bagi karya seni dan fitur arsitektural Anda.
Skema warna netral dapat berupa apa saja, dari warna netral yang terang seperti krem dan putih, hingga nuansa yang lebih gelap, seperti cokelat dan arang.
Telakangan, isu soal karbon, emisi karbon, karbon trading, pajak karbon dan soal karbon karbon lainnya kembali mengemuka seiring isu krisis iklim yang juga tengah jadi perbincangan dunia internasional. Nah, dari sejumlah istilah karbon tersebut, saat ini istilah karbon netral terlihat kian popular.
Tapi, apasih sebenarnya karbon netral itu?
Begini. Emisi karbon dioksida di atmosfer mengalami peningkatan yang cukup signifikan sejak tahun 1750, sejalan dengan revolusi industri yang terjadi. Akumulasi karbon di atmosfir yang kian kemari kian tinggi pun memicu pemanasan global dan perubahan iklim dunia.
Nah, karbon netral menjadi suatu upaya untuk menjaga keseimbangan, antara karbon yang diemisikan dari berbagai sektor ekonomi dengan sumber-sumber yang dapat menyerap emisi karbon tersebut dari atmosfer. Tujuannya satu, mengurangi konsentrasi kabon di atmsofir, sampai netral atau ekuivalen dengan nol.
Tapi, perlu dicatat, mencapai karbon netral bukan berarti tidak terjadi emisi karbon sama sekali, mengingat hutan sebagai sumber penyerap alami pun mengemisikan karbon melalui kebakaran hutan, perubahan penggunaan lahan atau penebangan. Hanya saja, dalam karbon netral, jumlah emisi karbon seluruhnya dapat diserap oleh alam melalui proses siklus karbon alami, sehingga tidak terjadi penumpukan karbon di atmosfer.
Memang sampai saat ini, tidak ada penyerap karbon buatan yang mampu menyerap karbon dari atmosfer pada skala besar yang memicu pemanasan global. Tapi industri bisa melakukan pendekatan teknologi untuk menurunkan emisi karbon. Saat ini teknologi yang digunakan disebut sebagai Carbon Capture Storage (CCS). Selain itu juga industri menerapkan efisiensi energi pada proses produksinya.
Adanya perbedaan upaya ini secara otomatis juga memberikan hasil penurunan emisi yang berbeda-beda di setiap sektor. Bahkan perbedaan hasil penurunan emisi juga terjadi pada beragam aktivitas pada sektor yang sama. Maka dari itu, dalam upaya untuk mencapai karbon netral, negara-negara di dunia menyatakan akan menggunakan mekanisme berbasis pasar di dalam INDC-nya (Intended Nationally Determined Contribution).
Jenis gas rumah kaca yang dapat diperdagangkan dalam pasar karbon, umumnya terdiri dari enam jenis gas rumah kaca yang tercantum dalam Protokol Kyoto, yang meliputi karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrat oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFCs), perfluorocarbon (PFCs), dan sulfur heksafluorida (SF6).
Produk yang diperdagangkan berupa hak atas emisi gas rumah kaca dalam satuan setara-ton-karbondioksida (ton CO2 ekuivalen). Hak di sini dapat berupa hak untuk melepaskan gas rumah kaca ataupun hak atas penurunan emisi gas rumah kaca.
Berdasarkan cara perdagangannya, secara umum pasar karbon dibagi menjadi dua jenis, yaitu trading dan crediting. Contoh dari sistem trading yaitu European Union Emissions Trading System (EU ETS) melalui sistem cap and trade yang telah menjadi acuan bagi pasar karbon di seluruh dunia. Dalam sistem ini, komoditi yang diperdagangkan berupa penurunan emisi yang telah disertifikasi, berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang berlaku di pasar tersebut.
Kemudian, contoh dari sistem crediting disebut juga sebagai mekanisme carbon offset atau baseline-and-offsetting. Contoh dari sistem crediting ini diantaranya Clean Development Mechanism (CDM) dan Joint Implementation (JI), Gold Standard (GS), Verified Carbon Standard (VCS), Plan Vivo, Panda Standard, American Carbon Registry, dan sebagainya.
Instrumen ekonomi lainnya yang biasa digunakan untuk mencapai karbon netral yaitu pajak karbon. Pajak karbon sebenarnya memiliki kemiripan dengan cap-and-trade, baik di dalam batasan emisinya maupun implementasinya yang kebanyakan bersifat wajib. Bedanya, pajak karbon ini tidak mengenal adanya perdagangan emisi, prinsipnya siapa yang melakukan emisi harus membayar (polluters-pay-principle).
Saat ini, dengan diterbitkannya UU Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP), Indonesia akan menerapkan pajak karbon. Pada tahap awal ini, pengenaan pajak karbon dikenakan untuk sektor Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Selanjutnya, penerapan akan diberlakukan secara penuh untuk berbagai sektor, dengan pentahapan yang tergantung pada kesiapan sektor terkait.
Satu yang pasti, upaya ini dapat menjadi sarana pelaksanaan kebijakan (policy tool) untuk memberikan insentif bagi kegiatan mitigasi perubahan iklim. Mekanisme yang diberlakukan baik trading, crediting ataupun pajak karbon dapat menjadi upaya paling cost effective, dibandingkan jenis pembiayaan mitigasi konvensional.
Referensi:[PMR] Partnership for Market Readiness Indonesia. 2018. #pasarkarbon: Pengantar Pasar Karbon untuk Perubahan Iklim. PMR Indonesia – UNDP.
Beberapa waktu lalu netizen Indonesia dihebohkan dengan video mahasiswa salah satu universitas di Makassar yang mengaku sebagai gender netral, lalu hal tersebut itu mendapatkan respon negatif dari dosennya. Dalam konteks perkembangan globalisasi dan informasi muncul berbagai macam istilah salah satunya gender netral, secara umum masyarakat Indonesia mungkin masih bingung dengan gender netral. Maklum saja, istilah maupun konsep tersebut belum terlalu populer di Indonesia, apalagi diterapkan oleh seseorang secara terang-terangan.
Gender netral adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan seseorang yang tidak mengidentifikasi dirinya secara eksklusif sebagai laki-laki atau perempuan. Namun sudah siapkah Indonesia dengan gender netral ini? Beberapa dosen FISIP UI yang juga aktif terkait isu-isu gender dan seksualitas memberikan pandangannya, yaitu Dr. Irwan Martua Hidayana (Ketua Departemen Antropologi FISIP UI), Endah Triastuti, Ph.D (Dosen Departemen Ilmu Komunikasi) dan Dra. Ani Widyani, M.A (Dosen Departemen Ilmu Hubungan Internasional).
Non binary atau gender netral adalah konsep yang terpisah dengan orientasi seksual seseorang maupun jenis kelamin yang ditetapkan sejak lahir. “Bicara soal gender di Indonesia, secara umum masyarakat berfikir bahwa gender itu laki dan perempuan. Realitas sosial di masyarakat kita bahwa gender itu ternyata tidak sesederhana laki dan perempuan, karena cukup banyak orang-orang yang mengidentifikasi dirinya bukan laki dan juga bukan perempuan,” ujar Irwan.
Lebih lanjut Irwan mengatakan, “yang perlu dipahami bahwa sebenarnya di berbagai macam tradisi dan kebudayaan di Indonesia dikenal juga bentuk-bentuk gender yang berbeda seperti transgender.”
Menurut Ani, fenomena identitas gender seperti ini sebetulnya bukan hal baru dan di Indonesia bisa ditemui di berbagai tempat misalnya Calabai, Calalai di Sulawesi Selatan, pentas ludruk di Jawa Timur dan sebagainya. Jadi masyarakat dan lingkungan setempat sebetulnya telah hidup berdampingan sejak lama dengan damai.
Sudah siapkah indonesia menerima gender netral
Endah mengatakan bahwa masyarakat Indonesia sekarang tidak siap. Berbeda dengan dua puluh atau tiga puluh tahun lalu, masyarakat Indonesia justru siap menerima gender netral atau gender yang lebih dari dua, karena kalau kita lihat dibeberapa kelompok budaya memang ada yang seperti itu, contohnya di Sulawesi Utara, NTB, Padang, Jawa Timur dan Gorontalo. Sejak tahun 1980-an ketika WHO mengatakan virus HIV/AIDS sebagai penyakit penyimpangan seksual, mulai saat itu masyarakat Indonesia tidak siap menerima hal yang seperti itu.
Menurut Irwan, soal pemahaman dan pengetahuan tentang apa itu gender, perlu adanya lebih banyak informasi karena memang ada orang-orang disekitar kita yang tidak ingin di identifikasi sebagai laki-laki maupun perempuan.
Non binary dianggap melenceng dari pengetahuan agama dan norma. “Namun saya pikir sebagai individual mempunyai personal value tetapi disisi lain kita mempunyai lingkungan sosial yang harus berinteraksi, dalam konteks itu kita tidak bisa memaksakan personal value kita kepada orang lain. Jadi kita harus respect dan apresiasi. Jangan sampai melakukan diskriminasi seperti ejekan atau bahkan diskriminasi secara fisik kepada seseorang yang non binary,” ujar Irwan.
Endah menambahkan, “orang Indonesia itu menarik di satu sisi tidak suka westernisasi tapi di sisi lain melupakan kearifan lokal, ketika gender netral ini bertentangan dengan nilai Indonesia itu hanya jargon tetapi tidak paham nilai yang mana.”
Pemerintah sebaiknya mengedepankan hak asasi orang yang melabeli dirinya sebagai gender netral
Irwan mengatakan bahwa Indonesia itu ‘bhineka tunggal ika’ bukan hanya beragam ras, suku atau agama saja tapi juga beragam gender yang ada di negara ini dan kalau berbicara mengenai HAM bahwa kita harus respect, memenuhi hak dan mengapresiasi.
Terkait dengan yang terjadi dengan mahasiswa di salah satu universitas Makassar tersebut Endah sangat menyayangkan karena terkait gender netral di Indonesia pemerintah tidak mendukung dan tidak menolak juga. Jadi sebenarnya tidak ada hukum, policy, ataupun aturan yang melarang, “menurut pandangan saya, boleh saja seseorang mempunyai gender netral tetapi harus fleksibel dan melihat kondisi.” ujarnya.
Menurut Ani, fenomena identitas seksual ini harus disikapi dengan bijak dan tidak berlebihan, identitas seksual ini bukan penyakit, bukan sampah yang harus di hindari atau kejahatan. Hak dasar sebagai manusia harus dipenuhi dan jangan dijadikan sasaran kebencian atau bahkan sasaran assault.
Ruang berekspresi di Indonesia untuk gender netral
“Ruang berekspresi untuk gender netral ini yang paling menonjol adalah diruang virtual atau media sosial. Sukup banyak komunitas-komunitas yang berinteraksi lewat ruang virtual dimana mereka bisa mengekspresikan identitas gendernya,” ujar Irwan.
Senada dengan hal tersebut, Endah mengatakan bahwa diruang offline gender seperti ini masih belum terlalu open dan menunjukan dirinya, berbeda diruang online mereka lebih berani open dan menunjukan dirinya, contohnya seperti seorang dokter yang mengaku sebagai gay yang memberikan edukasi mengenai kesadaran kesehatan seksual di media sosial walaupun ada saja yang menghujat tapi ada pula yang merespon positif.
Menurut Ani, di indonesia ruang berekspresi belum cukup tersedia. Kelompok seperti ini masih jadi sasaran penyerangan, kebencian dan banyak dari mereka dihinggapi ketakutan untuk mengekspresikan dirinya. Maka diruang publik umum tidak aman untuk mereka.
Sikap netral dalam agama Islam merupakan topik yang rumit dan memiliki interpretasi yang beragam. Beberapa pandangan menunjukkan apa itu netral dalam beragama adalah bentuk kerapuhan dan pijakan tanpa dasar. Dalam perspektif ini, netralitas dianggap sebagai sikap yang tidak konsisten dan tidak kokoh dalam menjalankan ajaran agama.
Memilih untuk tetap netral dapat mencerminkan kurangnya keberanian dalam memperjuangkan atau mengungkapkan keyakinan agama secara tegas. Hal ini bisa dipandang sebagai kelemahan yang dapat menghalangi seseorang dalam mengambil tindakan yang konsisten dengan nilai-nilai agama yang dianutnya.
Liputan6.com lansir dari berbagai sumber, apa itu netral dalam Islam disebut pula sebagai sebuah bias dan ilusi yang dibangun dengan persepsi tanpa dasar keimanan. Dalam perspektif ini, netralitas dianggap mencari muka di hadapan manusia dan mengabaikan kepatuhan terhadap perintah Allah. Sikap netral dipandang sebagai upaya untuk menyenangkan manusia dan mencari penerimaan, bahkan jika itu berarti mengesampingkan atau mengabaikan prinsip-prinsip agama.
Salah satu pandangan dalam Islam mengenai apa itu netral dalam Islam sebagaimana diungkapkan oleh Abu Ali Ad-Daqaq Rahimahullah dalam kitabnya berjudul Al Minhaj Syarh Shahih Muslim. Dalam kitab tersebut, disebutkan sikap netral dalam beramar ma'ruf nahi mungkar (menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran) disebut sebagai setan bisu.
Dalam hal ini, apa itu netral dalam Islam dianggap sebagai sikap yang membiarkan kejahatan atau ketidakadilan terjadi tanpa melakukan upaya untuk mencegahnya. Dalam Islam, mengamalkan ajaran agama berarti aktif mempromosikan kebaikan dan menentang kemungkaran, serta memiliki tanggung jawab moral untuk berbicara dan bertindak ketika ada pelanggaran terhadap nilai-nilai agama.
Penting untuk dipahami bahwa Islam tidak mengajarkan umatnya untuk diam dalam mengungkapkan kebenaran. Al-Qur'an dan hadis dianggap sebagai sumber kebenaran yang jelas dan nyata. Oleh karena itu, sikap netral dalam Islam bukanlah sikap yang memilih untuk diam atau tidak terlibat dalam mengungkapkan adanya kebenaran. Sebaliknya, Islam mendorong umatnya untuk aktif dan proaktif dalam mengemukakan kebenaran serta mengamalkan ajaran-ajaran agama dengan keyakinan dan ketegasan.
Apa itu netral dalam beragama tidak dianggap sebagai kemajuan atau kemodernan dalam bersikap dalam pandangan Islam. Justru, netralitas dianggap sebagai sikap yang kaku, statis, dan konservatif dalam kehidupan. Islam mendorong umatnya untuk bergerak, berusaha, dan berjuang untuk menghadirkan kebaikan dan keadilan dalam masyarakat. Sikap netralitas yang diam dan tidak berpihak dinilai sebagai tanda ketidakaktifan dan kekakuan dalam memperjuangkan nilai-nilai agama yang seharusnya diwujudkan melalui tindakan nyata.
Dalam pandangan agama Islam, terdapat pembagian umat manusia menjadi tiga golongan, yaitu muslim, kafir, dan munafik. Menurut pemahaman ini, golongan yang netral tidak termasuk dalam kategorisasi tersebut. Sikap netralitas dianggap sebagai sikap yang tidak jelas atau tidak tegas dalam menjalankan keyakinan agama. Islam mengajarkan pentingnya memiliki keyakinan yang kuat dan bertindak sesuai dengan ajaran agama yang diyakini, bukan berada di tengah-tengah tanpa arah yang jelas.